Wina Bojonegoro, Perempuan yang Terus Menulis

”Perempuan bisa dan harus berkontribusi terhadap proses mencerdaskan bangsa melalui menulis,” ujar Endang Winarti alias Wina Bojonegoro (62) seusai menerima Anugerah Sutasoma, penghargaan sastra dari Balai Bahasa Jawa Timur, di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya, Kamis (17/10/2024).

Wina menerima Anugerah Sutasoma kategori karya sastra melalui kumpulan puisi Bilangan 60 yang terbit Juli 2024. ”Bagiku yang bukan penyair, buku itu menjadi pencapaian. Eh, ternyata aku bisa menulis puisi,” ujar perempuan dengan tiga anak dan sepuluh cucu ini.

Istri dari pelukis Yoes Wibowo ini lahir di kampung dalam kepungan hutan jati Ngasem, Bojonegoro, 10 Agustus 1962. Saat menghabiskan masa kecilnya di ”pedalaman”, Wina mengkhayal lalu menuliskannya di buku harian. Ia ingat pernah membicarakan orangtua dan ketahuan sehingga pernah dihukum tidak diberi uang saku. Sanksi karena kejujuran, katanya.

Dari khayalan, pikirannya mengembara dalam dunia fiksi, bertemu penulis-penulis hebat dari beragam karya. Wina pun berkarya lewat cerita pendek. Ia mulai dikenal sejak 1988, ketika cerpen-cerpennya menghiasi koran, majalah, dan tabloid, seiring dengan pekerjaannya sebagai pranata di Telkom Indonesia.

”Tahun 2011 aku pensiun dini karena merasa tidak cocok, lebih senang menulis dan berbisnis (Padmatour Organizer) lalu malah lebih produktif,” kata Aktris Terbaik Lomba Drama Lima Kota 1988 ini.

Menulis membuat Wina sehat jasmani dan rohani. Pikiran jadi mengembara liar ke tempat-tempat yang secara nyata belum pernah ia singgahi. Menulis menuntutnya belajar banyak hal, di mana pun dan dari siapa pun, serta memompa otak dan jiwa untuk terus menyala. Hasrat terpelihara seperti menjaga kemampuan metabolisme tubuh.

Cerpen-cerpennya dibukukan dalam Surat-surat Kejantanan (2005) dan Korsakov (2011). Selepas itu, Wina tertantang untuk menulis novel dan ternyata bisa. Ia menghasilkan separuh dari tetralogi The Souls, yakni Moonlight Sonata (2011) dan Fantasia (2013). Selanjutnya, Wina tertantang untuk menulis puisi karena permintaan kalangan pewarta foto senior untuk memuisikan foto-foto kurun 2013-2015.

”Seiring waktu, selain menulis cerpen dan novel, saya juga menulis puisi. Sejak 2015 ada 150 puisi lalu saya kirim ke editor untuk diseleksi menjadi 60 karya terbaik dan menjadi buku Bilangan 60 itu,” kata Wina. Untuk menulis puisi, ia belajar dari para penyair, misalnya Zawawi Imron, Indra Cahyadi, dan Yusri Fajar.

Wina Bojonegoro
Wina Bojonegoro

Penyastra Komplet

Anugerah Sutasoma untuk buku perdana kumpulan puisi menjadi pengukuhan bagi Wina sebagai penyastra yang komplet. Menulis cerpen, novel, dan puisi. Namun, ia belum puas dan mulai merambah flash fiction atau menurut sastrawan Tengsoe Tjahjono dari Universitas Negeri Malang ialah cerpen dalam tiga paragraf (sekitar 200 kata).

”Semakin tua, tidak boleh loyo, malah semakin menyala, he-he-he,” ujar perempuan yang kini menepi di Omah Padma, Semambung, Pasuruan, di kaki Gunung Arjuno, untuk menikmati oksigen bersih yang melimpah dan mencari inspirasi menulis.

Wina juga dikenal karena mendirikan komunitas Perempuan Penulis Padma (Perlima) yang saat ini beranggotakan 115 perempuan penulis dari Jatim, Nusantara, dan mancanegara. Komunitas ini berawal dari kelas menulis daring di masa pandemi Covid-19.

Kelas menulis telah melahirkan 10 angkatan dengan kumpulan cerpen antara lain Hujan Tak Jadi Datang Malam Ini, Labirin 25, Anomali, Dari Humba ke Santiago, Rahasia Dapur, Jalan Menuju Rumah, dan Dua Dunia.

Semakin tua, tidak boleh loyo, malah semakin menyala, he-he-he.

Bersama Perlima, Wina menerbitkan banyak buku melalui penerbitan miliknya. Wina tak lain adalah CEO Padmedia Publisher. Wina dan Perlima turut menerbitkan Covad Covid, Bungkusan Boyban, dan Menunggu Kabar Baik (kumpulan esai). Ada pula Rumah Berdinding Kisah (kumpulan esai), Rupa Cinta (kumpulan puisi), Kopi Tanpa Gula (kumpulan pentigraf), dan Surat Cinta di Lemari (kumpulan esai).

”(Ini) Seperti mengulang masa lalu ketika turut merintis Komunitas Susastra Nusantara bersama Johan Budi Sava (kini almarhum), menerbitkan Padmagz (2013), Kedai Kreasi (2015),” ujar Wina.

Bersama sang suami, Wina kini mengelola Omah Padma seluas 3.000 meter persegi sebagai sanggar untuk pemajuan dan kemajuan peradaban warga Semambung. Dalam laman pribadinya, Wina menulis, di Omah Padma ia ingin menghabiskan sisa usia sembari menanti buah durian jatuh karena ada tujuh pohon ”raja buah” tersebut.

Wina ingin hidup santai tanpa dikejar waktu, menikmati udara bersih, sejuk, dan segar tanpa deru dan debu knalpot sepeda motor dan mobil yang polutif.

”Menulis sebanyak-banyaknya, menunggu kunjungan kawan untuk memasak bersama, membaca puisi, membatik, ditemani kicau burung,” kata Wina. ”Sesekali ke kota, bertemu pelaku bisnis dan pegiat di Surabaya untuk tertawa bersama,” lanjutnya.

Ya, ketika datang ke ibu kota Jatim untuk menerima Anugerah Sutasoma, Wina lalu bersantap siang bersama sahabat kentalnya dari Perlima. Setelah itu, ia pun kembali lagi ke ”pedalaman” untuk menulis dan terus menulis.

 

Endang Winarti alias Wina Bojonegoro

Lahir: Bojonegoro, 10 Agustus 1962

Suami: Yoes Wibowo (pelukis)

Pendidikan :

  • SD Negeri Ngasem
  • SMP Negeri 1 Ngasem
  • SMA Negeri 2 Bojonegoro (d/h Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan)
  • Universitas Bhayangkara Surabaya

Karya :

  • Episode Surat Kejantanan, kumpulan cerpen (2005)
  • Korsakov, kumpulan cerpen (2011)
  • The Souls Moonlight Sonata, novel (2011)
  • The Souls Fantasia, novel (2013)
  • Kartini Ini Rendamu, antologi cerpen (2013)
  • Negeri Atas Angin, kumpulan cerpen (2014)
  • Mozaik Kota Kenangan, kumpulan cerpen (2016)
  • Kalih, kumpulan cerpen (2017)
  • Kisah-kisah Pembunuh Sepi, kumpulan cerpen (2020)
  • Art, Love, & Journey, biografi cinta Wina dan Yoes (2020)
  • Bilangan 60, kumpulan puisi (2024)

Penghargaan:

  • Aktris Terbaik Lomba Drama Lima Kota 1988
  • Sabda Budaya Sastra Universitas Brawijaya 2018
  • Beritajatim Award 2021
  • Anugerah Sutasoma Balai Bahasa Jawa Timur 2024

Artikel ini juga bisa dibaca di Kompas melalui link berikut ini : https://www.kompas.id/baca/tokoh/2024/10/18/wina-bojonegoro-perempuan-yang-terus-menulis?utm_source=whatsapp&utm_medium=shared&utm_campaign=tpd_-_website_traffic